What does love look like?
It has the hands to help others.
It has the feet to hasten to the poor and needy.
It has eyes to see misery and want.
It has the ears to hear the sighs and sorrows of men.
That is what love looks like.
-Saint Augustine
so, why should we reduce the meaning of love?
Sunday, March 17, 2013
Ambigu
Generasi ini adalah generasi digital. Bukan hanya masalah banyaknya barang-barang digital, gadget-gadget canggih, dan kepraktisan yang kita dapat sekarang. Tapi lebih lagi, relasi atau interaksi manusia pun lebih banyak terjalin di ruang-ruang digital. Kalau mau tahu isi hati seseorang, cukup nongkrongin twitter atau facebook nya. Lihat status BB nya, atau baca lagu-lagu yang di post nya di dunia maya.
Dunia digital seperti mempermudah kita melihat sesuatu yang privat milik seseorang, tanpa perlu menanyakannya secara langsung. Tentunya, lebih mudah juga mengutarakan perasaan lewat dunia digital daripada face to face. Tapi kekurangannya adalah, kamu akan sering terjebak dalam ambiguitas. Menerka-nerka dengan tidak pasti setiap isi hati dia. Kamu bisa mengait-ngaitkannya dengan apa saja yang bisa kamu pikirkan. Alhasil, muncul rasa sedih atau marah yang lahir dari sebuah ambiguitas. Kemudian kamu akan mengutarakan perasaanmu itu lewat media, dan menambahkan sejuta abu-abu di dunia maya itu.
Ah, ingin sekali meluruskan apa yang kelihatannya membelok. Memahami apa yang masih belum terpahami. Tapi terkadang lebih baik diam daripada dituduh menenggelamkanmu dalam jurang ambiguitas yang abu-abu. Atau mungkin akulah yang terjebak dalam dunia abu-abu? Ahh.. Itulah sebabnya, mungkin aku tidak jadi meneruskan tulisan ini. Mengurangi kemungkinan-kemungkinan ambiguitas yang semakin ambigu nantinya. Ah!
Subscribe to:
Posts (Atom)