Di sebuah dusun terpencil tak jauh dari hutan, hiduplah
Pak Brewok dan istrinya serta anak perempuannya yang masih kecil dan polos,
Sinta. Pak Brewok hanya berprofesi sebagai petani yang bahkan lahannya pun
pemberiaan warga lain. Keluarganya sangat miskin dan sengsara.
“Ibu, mengapa kita selalu kelaparan seperti ini? Aku
tidak dapat kenyang hanya dengan 2 sendok nasi tiap harinya,” Tanya Sinta suatu
hari pada Ibunya.
“Uang Ibu dan Ayah tidak cukup untuk mencukupi kebutuhan kita
sepenuhnya. Apalagi dengan pemimpin kerajaan yang hanya bisa berfoya-foya dan
menikmati tangisan rakyatnya!,” kata Ibu geram .
“Memangnya dimana Raja tinggal?,” Tanya Sinta.
“Istana Raja ada di Barat sana,” jawab Ibunya.
“Aku akan menemui Raja dan meminta
pertolongannya,” kata Sinta polos
“Hahaha... Kamu
tidak mungkin bertemu dengan Raja, istananya sangat jauh dari sini. Sudahlah
tidak usah bermimpi!” kata ayahnya.
Sinta hanya termenung diam dan
menatap halaman depan rumahnya. Ternyata Sinta tidak hanya bergurau dan
mengkhayal. Dia benar-benar ingin pergi menemui sang Raja. Dia menyiapkan
pakaian-pakaiannya, mengambil 3 buah roti dan memasukkan beberapa catatan dan
alat tulis. Sinta siap untuk mengembara. Ia meninggalkan surat pada orang
tuanya agar mereka tidak khawatir dan mencari Sinta.
Saat Sinta sampai ditengah kota,
Sinta melihat banyak anak jalanan yang terlantar di pinggir jalan. Ada satu
anak jalanan yang meminta roti Sinta, karena merasa orang itu lebih membutuhkan
Sinta memberikan rotinya. Ternyata ada dua lagi anak jalanan yang meminta roti
Sinta, karena kasihan, Sinta memberikan roti-roti terakhir kepunyaaannya.
”Kasihan anak-anak ini, mereka
sangat kelaparan. Raja harus segera tahu tentang hal ini. Aku harus bergegas!”
Kata Sinta dalam hati sembari mempercepat langkahnya.
Akhirnya sampailah Sinta di depan
gerbang besar yang dijaga oleh 2 orang penjaga yang gagah perkasa.
”Permisi, apakah saya dapat bertemu
dengan Raja?” tanya Sinta kepada prajurit penjaga tersebut.
”Huh..
Ada-ada saja kamu. Mana mungkin anak kecil tidak berkepentingan seperti kamu
bisa masuk dan menemui Raja!” Kata pengawal
“Bisa saja kalau
tuan mengijinkan” Jawab Sinta santai
”Adik manis, Raja sangat sibuk dan
tidak punya waktu untuk bertemu dengan kamu”
”Sibuk apa? Kata Ibu, Raja hanya
bisa berfoya-foya saja. Aku datang untuk menegur Raja. Tadi aku bertemu dengan
banyak orang yang lebih menderita daripada aku. Mengapa Raja tidak berhenti
berfoya-foya dan menolong kami?” jawab Sinta.
Sang prajurit terkejut dengan
pernyataan Sinta. Apalagi setelah tahu kalau Sinta ternyata hanya berkelana
sendirian. Dia rela berjalan jauh hanya karena merasa ada yang tidak beres
dengan negara ini. Sang prajurit tersentuh dan terdorong ingin menolong Sinta.
”Sinta, kami tidak dapat membawamu
menemui Raja. Mungkin kamu dapat menulis surat untuk Raja dan tunggu disini
sampai Raja keluar. Kami akan mengantarkan suratmu,” kata kedua prajurit
tersebut.
”Baik!” kata Sinta bergembira
Untuk Rajaku,
Raja, aku Sinta. Aku menulis surat ini karena aku
tidak diperbolehkan masuk. Aku berasal dari desa yang jauh dari sini dan
sengaja datang kesini untuk menemui Yang Mulia. Maaf mengganggu pekerjaan Raja,
tapi aku ingin menyampaikan berita penting! Cepat keluar, ya.. Aku tunggu di
bawah pohon di depan istana.
Sinta
Prajurit memandang anak gadis yang
sedang bergembira itu dengan sedih. Mereka tahu bahwa surat itu tidak akan
dibaca Raja. Namun, mereka tetap menyampaikan surat itu pada pelayan kerajaan.
Memang benar, Raja tidak mau membaca surat itu dan bahkan memerintahkan
pelayannya untuk membakar surat Sinta. Pelayan
Kerajaan yang tahu cerita Sinta merasa iba pada Sinta dan tetap menyimpan
suratnya. Sementara itu, Sinta masih menunggu di bawah pohon, berharap pemimpin
yang ditunggu-tunggu datang. Sinta pun kembali menulis surat.
Untuk Raja,
Raja sibuk? Aku tahu Raja tidak dapat keluar
menemuiku saat ini. Aku akan tetap menunggu Raja. Tapi
aku akan menceritakan sebagian cerita yang akan aku sampaikan pada Raja. Apakah
Raja tahu? Keluargaku di desa sangat menderita. Ayah harus bekerja keras untuk
menghasilkan uang yang terbilang sedikit, namun harus membayar pajak yang besar
untuk Raja. Kami semua kelaparan. Ibu bilang Raja jahat, hanya bisa
berfoya-foya saja menikmai uang rakyat. Aku tidak tahu maksud ibu, tapi aku
yakin Raja tidak jahat. Dan aku yakin Raja akan keluar menemuiku!
Aku tunggu,
Sinta
Sinta tetap menunggu dan menunggu
walaupun tidak ada sedikitpun kabar tentang balasan surat dari Raja.
Prajurit-prajurit sudah berusaha membujuknya untuk pulang saja, tapi Sinta
tetap ingin menunggu Raja. Sinta masih saja mengirim surat pada Raja.
Raja, kapan Raja akan keluar dan menemuiku?
Ah, mungkin Raja terlalu sibuk sampai-sampai membalas suratku saja tidak bisa.
Maafkan aku yang mengganggu Raja. Aku ingin menyampaikan langsung pada Raja,
tapi aku akan menyampaikannya di suratku ini. Raja, banyak rakyatmu yang
terlantar dan kelaparan. Mereka tampak sedih, di perjalanan aku juga membagi
makananku pada mereka walaupun aku tahu aku harus menyimpannya baik-baik.
Apakah Raja tidak bisa membagikannya pada mereka juga? Mereka pasti senang
sekali!
Sudah
4 hari 4 malam Sinta menunggu Raja. Namun Raja tak kunjung datang. Makanan
Sinta sudah habis, dengan badannya yang lemas setelah menempuh perjalanan berat
dia tidak makan apa-apa lagi. Sinta akhirnya mati kelaparan. Pada sore hari,
Raja yang hendak pergi ke negeri tetangga mendapati Sinta yang tergeletak tak
berdaya di bawah pohon. Prajurit-prajuritnya menceritakan kejadian sebenarnya.
Raja membaca surat terakhir dari Sinta yang belum sempat Sinta berikan pada
prajurit. Raja akhirnya membaca surat-surat Sinta yang lain dan merasa sangat
bersalah. Raja menangis dan menyesali perbuatannya. Sejak saat itu, Raja
berubah. Raja menjadi bijaksana, adil, dan disegani rakyatnya. Kerajaannya
menjadi damai, aman, tentram, dan rakyat mencintai Raja dengan sikap barunya
ini. Memang benar, negara yang makmur, dimulai dari pemimpin yang bijak.
Untuk Raja,
Raja jahat.. Raja
kejam.. Aku sudah lelah.. Aku kelaparan.. Kenapa Raja
tidak datang? Mungkin ini surat terakhirku, aku sudah tidak kuat lagi.. Raja
jangan egois, ya. Raja jangan nakal.. Rakyatmu sudah lelah berteriak dan
menangis. Tepati janjimu. Buat rakyatmu tahu kalau Raja memang satu-satunya
’Raja’. Negara ini bukan hanya milik Raja. Rakyatmu menunggu, aku menunggu.
Sinta
30/06/2009
(cerpen lama yang baru saya baca lagi :D)
tidak dirubah
No comments:
Post a Comment