Di
bawah salib Yesus kutinggallah teduh
Dilindung
dalam Batu Karang dengan berteduh
Tempat
senang jika lelah dan rasalah beban
Waktu
menanggung berat mendapat perhentian
Upon
that cross of Jesus
Mine
eyes at times can see
The very
dying form of One
Who
suffered there for me;
And
from my stricken heart with tears
Two
wonders I confess;
The
wonders of redeeming love
And my
unworthiness
Lagu yang sangat indah ini menceritakan
paradoks salib yang begitu mulia. Di bawah salib tanda sengsara dan kepedihan,
ada rasa lega dan senang. Ada suasana teduh dalam harmoni lagu ini, namun air
mata juga dengan mudah diteteskan karena lagu ini. Tangis dan pukulan pada dada
bukanlah sebuah tangis kekalahan. Tangis itu adalah rasa takjub campur haru dan
heran yang tak terbendung. Memandang Sang Anak Domba yang disembelih berkata “Tetelesthai”,
kemenangan atas maut dan harapan untuk manusia yang menjijikan ini.
Di bawah salib, kita mendengar Yesus berkata “Bapa,
ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Siapakah Dia
yang tubuhnya sudah hancur, menerima segala caci maki dan siksaan masih dapat
berdoa dengan penuh belas kasihan?
Di bawah salib, kita melihat Yesus berkata “Aku
haus.” Oh, Dialah Tuhan yang sungguh mau menjadi manusia dan menderita.
Di bawah salib, kita melihat kegagalan
terbesar dalam sejarah. Seorang pemimpin agama yang mati di kayu salib, dihina,
sendiri, tanpa murid-murid yang menemani-Nya. Itulah kegagalan di mata manusia,
bukan di mata Allah. Di bawah salib kita dengar, “Tetelesthai”, sebuah kalimat
yang diucapkan para atlet yang telah menembus garis finish sebagai tanda kemenangannya. Tuhan Yesus Kristus telah
menang atas maut. Inilah satu-satunya kematian dalam sejarah yang mengalahkan
maut.
Di bawah salib, kita gemetar, menyadari Dia
yang rela menggantikan kita di atas sana, menebus dosa-dosa kita yang begitu
kotor. Kita begitu tidak layak menerima kasihNya yang luar biasa. Kita semua
adalah Gomer si pelacur itu yang tidak lagi diingini siapapun, lalu dibeli dengan
cinta yang tak seorang pun dapat menggantikannya. Siapakah kita dapat membeli
sorga dengan segala kesalehan kita? Kita adalah dosa seluruhnya. Dalam rasa
malu dan keterpurukan, di bawah salib, kita mendengar Tuhan berkata, “Sesungguhnya,
hari ini juga, engkau akan bersama-sama dengan Aku di Firdaus.”
Di bawah salib, biarlah kita berkata:
I
believe in a hill called Mount Calv’ry
I believe
whatever the cost
And when
time has surrendered
No comments:
Post a Comment