Saya sedang membaca sebuah buku yang berjudul "Geography of Bliss". Sebuah buku yg bercerita mengenai seorang jurnalis yg menelusuri arti kebahagiaan. Ia pergi ke berbagai negara di seluruh penjuru bumi. Ia mengumpulkan data-data yg beerkaitan dengan "kebahagiaan". Bahkan di awal perjalanannya mencari kebahagiaan, ia meminta masukan dan arahan kepada seorang filsuf kebahagiaan. Filsuf itu berpesan, "mungkin kau tidak akan puas dengan apa yang kau temukan". Buku itu pada akhirnys bercerita tentang kesia-siaannya mencari yang namanya bahagia.
Saya termasuk orang penggerutu. Si melankolis yang pesimis. Tapi kemarin- dalam kejadian yang mengejutkan saya, saya langsung teringat pada tuan Eric Weiner, penulis buku ini. Aku tersenyum dan berkata dalam hati,"tuan, kenapa anda bersusah payah mencari kebahagiaan sampai ke ujung dunia? Cobalah keluar dari kamar anda lalu sadarilah bahwa di rumah anda pun ada kebahagiaan".
Kalimat saya ini adalah kalimat yang tidak berdasarkan penelitian apapun. Saya sama sekali tidak punya data apapun. Apalagi dibanding dengan beliau. Naif mungkin? Namun kalimat ini keluar dari sebuah hati. Hati yang bahagia.
Ketika kita mencintai seseorang.
Ketika orang yang dicinta menangis, memeluk kita dan berkata "terimakasih"
Ketika dalam momen singkat menyentuh hati itu.
Kita tahu kita dicinta.
Kita tahu kita mencinta.
Bukankah ini bahagia?
Bahkan 24 jam yg sudah berlalu tidak mampu menghilangkan bahagia akibat momen 10 detik itu.
Happy bday mom... :)
No comments:
Post a Comment