Aku membayangkan ada berjuta-juta, bermilyar-milyar CCTV di sekitarku, di setiap tempat yang bahkan mungkin tak kusadari ada, untuk tidak sedetikpun melewatkan setiap gerak gerik tubuh kecil ini.
Dan sekarang, aku duduk di depan operator CCTV itu, memutar ulang rekaman hari ini.
Maka rekaman hari ini pun dimulai dengan aku yang baru bangun di siang hari, mandi, lalu melewatkan sepanjang hari di rumah tanpa melakukan sesuatu yang berarti. Sendiri, kebanyakan.
Aku hanya mendengar diriku mengucapkan tidak lebih dari 100 kalimat pada hari ini. Mungkin. Maka rekaman hari bersama "aku" pun menjadi sangat membosankan. Menontonnya lagi membuatku muak.
Tapi tunggu. Di sini ada satu tombol speaker yang aneh. Ketika tombol ini iseng kutekan, aku mendengar suaraku sendiri yang sangat cerewet. Tapi... Hei, aku tidak berbicara di monitor. Lalu suara itu darimana?
Ternyata CCTV ini sangat canggih. Ia mampu merekam semuanya bahkan sampai suara dalam hati dan pikiranmu.
Pantas saja. Ketika kunyalakan speaker "lain" tadi yang tidak ada di ujung dunia manapun, tiba2 rekaman itu menjadi sangat berisik.
Pusing sekali mendengarkan suara-suara dari hati dan pikiran si "aku".
Kuputar ulang rekaman tadi dengan speaker aneh yg baru kutemukan ini. Rekaman ini menjadi lebih menyebalkan.
Semenjak aku bangun dari tidur, banyak sekali keluhan dan omelan yang keluar.
"Kenapa aku bangun siang lagi? Dasar malas"
"Ah tuh kan aku ngantuk. Pasti karena kebanyakan tidur"
"Ck. Memang harusnya aku di jakarta saja. Di sini benar-benar ga ada kerjaan. Krn itulah aku jd mengantuk terus"
"Kenapa mama memaksa aku untuk pulang selama ini sih? Huff"
Haduh! Cerewet sekaliii. Perihal bangun kesiangan saja bisa mengantar aku ke banyak omelan yang salah.
Sebenarnya bukan aku yang seharusnya ada di sini melihat rekaman CCTV ku sendiri.
Tak sengaja saja aku menemukan ruangan ini, dan kosong.
Aku tidak dapat membayangkan rasanya jadi dia yang mengawasiku lewat monitor-monitor ini.
Mendengar setiap kebisingan hatiku yang tidak pernah lelah berbunyi.
Ah, mungkin karena dia tidak tahan dengan omelanku, dia kirimkan kado kecil untukku siang hari ini. Aku tahu kado itu dari dia. Aku bahkan mengucapkan terimakasih lewat CCTV ini loh, untuk dia. Tapi.. Itu tadi siang. Satu atau dua jam setelahnya sampai aku melihat rekaman ini, si "aku" kembali cemberut dan tetap menggerutu akan banyak hal.
Aku pun menengok pada monitor lain di ruangan itu.
Aku mengamati seorang wanita bernama Joni Eareckson Tada yang duduk di kursi roda. Saat itu ia sedang melukis. Dengan kuas, di mulutnya. Tampaknya hanya kepalanya saja yang dapat bergerak. Darisana aku tahu bahwa sejak umur 18, masa mudanya direnggut. Hidupnya hanya di kursi roda, dengan kepalanya saja yang dapat bergerak.
Tapi senyumnya manis sekali. Ia tidak seperti orang sakit. Ia bahkan jauh lebih bersemangat daripada aku. Dan dia melakukan jauh lebih banyak hal daripada aku!
Kudengarkan rekamannya dengan speaker "lain" yang menguping suara hatinya. Dia bernyanyi! Terkadang diam dan mengucapkan kata-kata indah. Kata-kata syukur atas hidup indah yang dimilikinya
Ah, aku sangat malu. Aku pun cepat-cepat menulis surat sebelum dia kembali ke ruangan ini. Aku terlalu malu untuk menghadap padanya dan sekali lagi meminta ampun untuk berjuta-juta kalinya.
Meminta ampun untuk tidak mengindahkan setiap kado dalam kehidupan yang tersedia bagiku. Meminta ampun untuk, bahkan, tidak sadar bahwa ini dan itu dan semuanya ini adalah kado untukku. Ajari aku tersenyum ya! Sekali lagi...
Dari si penggerutu :|
No comments:
Post a Comment