Monday, January 28, 2013

Rapunzel

Rapunzel: I've been looking out of a window for eighteen years, dreaming about what I might feel like when those lights rise in the sky. What if it's not everything I dreamed it would be?
Flynn Rider: it will be.
Rapunzel: and what if it is? What do I do then?
Flynn Rider: well, that's the good part I guess. You get to go find a new dream.

Satu Tangan, Satu Jiwa

Tak terasa sudah satu bulanan saya berada di Tegal menghabiskan liburan semester ini. 3 hari lagi saya akan pulang ke Jakarta dan melanjutkan aktivitas seperti biasanya. Namun saya tidak menyangka besok saya akan menutup liburan saya di Tegal ini dengan satu acara yang pasti akan menjadi momen-momen yang saya nikmati. Selalu.

Acara itu adalah KKR (Kebaktian Kebangunan Rohani) remaja di Tegal dan Brebes. Saya bersyukur tim STEMI menjangkau kota kecil tempat kampung halaman saya ini hehe. Saya juga bersyukur sekali, sekaligus takut sekali, karena mendadak saya dijadikan MC untuk acara ini selama 2 hari berturut-turut. Saya juga kaget karena sebelumnya saya tidak pernah menjadi MC di depan ratusan anak, sendirian pula! Rasanya saya tidak mampu. Tapi yasudahlah saya akan berusaha sebaik-baiknya :)

STEMI adalah suatu badan pelayanan di bawah Pdt. Dr. Stephen Tong yang mempunyai misi penginjilan ke seluruh pelosok Indonesia. Setiap tahunnya ada ratusan ribu orang bahkan di pedalaman-pedalaman Indonesia yang bersedia bertobat dan menerima Tuhan. Acara yang diadakan di Tegal esok hari adalah KKR khusus untuk murid-murid SMP-SMA yang beragama Kristen.

Saya sudah beberapa kali mengikuti KKR di beberapa tempat. Semuanya berarti untuk saya. Meskipun Firman yang diberitakan sudah sering saya dengar, yaitu tentang Yesus yang mati dan bangkit demi menebus dosa saya. Saya tetap kagum, heran, dan terharu. Tidak ada mukjizat-mukjizat seperti orang sakit keras lalu disembuhkan. Yang ada adalah orang-orang yang sadar hidupnya berdosa dan butuh pertolongan. Orang-orang yang membutuhkan Tuhan lalu berdoa meminta belas kasihan Tuhan. Bukan, bukan karena hidup mereka susah lalu butuh Tuhan seperti opium seperti kata Karl Marx. Toh setelah menerima Tuhan, banyak yang justru susah hidupnya. Tapi itu tak berarti. Karena mereka mendapat hidup. Hidup! Di saat sebelumnya mereka "mati".

Saya tidak pernah bosan menyaksikan wajah-wajah remaja yang mendengarkan Firman. Saya teringat akan saya yang dulu frustasi mencari makna hidup dan tujuan hidup. Mungkin ada "saya" yang dulu di antara wajah-wajah itu? Saya, yang lalu diberi pertanyaan "maukah Anda menerima Tuhan Yesus Kristus dalam hidup Anda dan menyerahkan hidup Anda bagiNya?" dengan jantung yang rasanya berdetak tidak keruan, dengan takut dan air mata, dengan rasa tubuh menjadi rontok serontok-rontoknya saya angkat tangkat dan berkata "jangan pernah lalu lagi ya Tuhan"

Semoga esok dan lusa, Tuhan juga melihat tangan-tangan lain yang hidupnya bersedia diubah oleh Dia :)



Monday, January 21, 2013

The Grumpy Girl

Aku membayangkan ada berjuta-juta, bermilyar-milyar CCTV di sekitarku, di setiap tempat yang bahkan mungkin tak kusadari ada, untuk tidak sedetikpun melewatkan setiap gerak gerik tubuh kecil ini.
Dan sekarang, aku duduk di depan operator CCTV itu, memutar ulang rekaman hari ini.

Maka rekaman hari ini pun dimulai dengan aku yang baru bangun di siang hari, mandi, lalu melewatkan sepanjang hari di rumah tanpa melakukan sesuatu yang berarti. Sendiri, kebanyakan.

Aku hanya mendengar diriku mengucapkan tidak lebih dari 100 kalimat pada hari ini. Mungkin. Maka rekaman hari bersama "aku" pun menjadi sangat membosankan. Menontonnya lagi membuatku muak.

Tapi tunggu. Di sini ada satu tombol speaker yang aneh. Ketika tombol ini iseng kutekan, aku mendengar suaraku sendiri yang sangat cerewet. Tapi... Hei, aku tidak berbicara di monitor. Lalu suara itu darimana?

Ternyata CCTV ini sangat canggih. Ia mampu merekam semuanya bahkan sampai suara dalam hati dan pikiranmu.
Pantas saja. Ketika kunyalakan speaker "lain" tadi yang tidak ada di ujung dunia manapun, tiba2 rekaman itu menjadi sangat berisik.
Pusing sekali mendengarkan suara-suara dari hati dan pikiran si "aku".

Kuputar ulang rekaman tadi dengan speaker aneh yg baru kutemukan ini. Rekaman ini menjadi lebih menyebalkan.
Semenjak aku bangun dari tidur, banyak sekali keluhan dan omelan yang keluar.

"Kenapa aku bangun siang lagi? Dasar malas"
"Ah tuh kan aku ngantuk. Pasti karena kebanyakan tidur"
"Ck. Memang harusnya aku di jakarta saja. Di sini benar-benar ga ada kerjaan. Krn itulah aku jd mengantuk terus"
"Kenapa mama memaksa aku untuk pulang selama ini sih? Huff"

Haduh! Cerewet sekaliii. Perihal bangun kesiangan saja bisa mengantar aku ke banyak omelan yang salah.

Sebenarnya bukan aku yang seharusnya ada di sini melihat rekaman CCTV ku sendiri.
Tak sengaja saja aku menemukan ruangan ini, dan kosong.
Aku tidak dapat membayangkan rasanya jadi dia yang mengawasiku lewat monitor-monitor ini.
Mendengar setiap kebisingan hatiku yang tidak pernah lelah berbunyi.

Ah, mungkin karena dia tidak tahan dengan omelanku, dia kirimkan kado kecil untukku siang hari ini. Aku tahu kado itu dari dia. Aku bahkan mengucapkan terimakasih lewat CCTV ini loh, untuk dia. Tapi.. Itu tadi siang. Satu atau dua jam setelahnya sampai aku melihat rekaman ini, si "aku" kembali cemberut dan tetap menggerutu akan banyak hal.

Aku pun menengok pada monitor lain di ruangan itu.
Aku mengamati seorang wanita bernama Joni Eareckson Tada yang duduk di kursi roda. Saat itu ia sedang melukis. Dengan kuas, di mulutnya. Tampaknya hanya kepalanya saja yang dapat bergerak. Darisana aku tahu bahwa sejak umur 18, masa mudanya direnggut. Hidupnya hanya di kursi roda, dengan kepalanya saja yang dapat bergerak.

Tapi senyumnya manis sekali. Ia tidak seperti orang sakit. Ia bahkan jauh lebih bersemangat daripada aku. Dan dia melakukan jauh lebih banyak hal daripada aku!

Kudengarkan rekamannya dengan speaker "lain" yang menguping suara hatinya. Dia bernyanyi! Terkadang diam dan mengucapkan kata-kata indah. Kata-kata syukur atas hidup indah yang dimilikinya

Ah, aku sangat malu. Aku pun cepat-cepat menulis surat sebelum dia kembali ke ruangan ini. Aku terlalu malu untuk menghadap padanya dan sekali lagi meminta ampun untuk berjuta-juta kalinya.

Meminta ampun untuk tidak mengindahkan setiap kado dalam kehidupan yang tersedia bagiku. Meminta ampun untuk, bahkan, tidak sadar bahwa ini dan itu dan semuanya ini adalah kado untukku. Ajari aku tersenyum ya! Sekali lagi...

Dari si penggerutu :|

Wednesday, January 16, 2013

New Chapter


Terakhir kali saya menulis adalah tanggal 25 July 2012. Tak terasa sudah begitu lama saya tidak menulis. Baru sekarang, 16 Januari 2013, saya kembali menulis. Haha. Alasannya sama dengan alasan mengapa saya membuat blog ini untuk pertama kalinya. Karena ada seseorang yang mengingatkan saya bahwa menulis itu bukan pekerjaan yang sia-sia. Dan kita tidak akan pernah tahu apa yang dirasakan pembaca tulisan kita. Mungkin kita merasa tulisan kita biasa saja atau malah tidak penting. Tapi kalau seseorang di luar sana bisa mendapat hal baik dari tulisan kita, siapa tahu? Hehe.

Saat ini saya baru saja melewati 1 semester sebagai mahasiswa Sosiologi UI, sesuai dengan angan-angan saya. Melihat ke belakang mengenai betapa kerasnya saya menginginkan hal ini, rasanya wajar jika saya bertanya pada diri saya sendiri “gimana kuliahnya?” layaknya obrolan orang-orang pada umumnya terhadap mahasiswa baru. Saya sempat terkejut dan menjadi lesu mendengar jawaban dari “saya”. Saya pun menjadi sangat galau karena si “saya” malah mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan yang seharusnya tidak lagi ada “bener gak sih gw di sini? Gw ngapain sih di sini?” TIDAAK. Hehe.

Tapi tenang... Saya tidak menyesal dan tidak akan mundur. (Eaa). Memang benar saat orang lain bersemangat dalam kuliah perdananya, saya malah lesu. Mengapa? Ternyata saya datang dengan ekspektasi yang terlalu banyak dan mungkin kurang realistis. Di otak saya, UI itu begini begitu begini begitu. Ternyata jauh sekali dari dugaan saya. Mulai dari dosen, cara mengajar, teman, bahkan BEM nya pun tidak sesuai dengan dugaan saya. Saya pun menjadi kecewa dan hilang semangat.

SEBEL
Hal yang paling membuat saya kesal sebenarnya adalah masalah waktu. Untuk pertama kalinya saya melibatkan diri dalam kepanitiaan yang menurut saya sangat hebat visi dan misi nya. Menurut saya bahkan, kalau acara itu sukses, acara tersebut bisa tercatat dalam sejarah (lebay, tapi serius). Tapi seperti kebanyakan orang pemerintahan yang suka didemo, janji hanyalah janji, ide hanyalah ide. Bukan sepenuhnya salah panitia tentunya, tapi saya sangat menyayangkannya. Anyway, saya sangat semangat karena bisa diterima dalam kepanitiaan tersebut. Padahal saya pikir saya tidak mungkin bisa karena saya sama sekali tidak ada pengalaman. Saya pun berjanji akan bekerja sebaik mungkin, seperti biasanya saya bekerja.

Rapat perdana kami dimulai pukul 7 malam di tempat X. Pukul 7 kurang saya sudah berada di sana bersama dengan teman saya. Tapi tidak ada orang. Karena kami maba yang masih bodoh tapi unyu (haha), kami pikir kami salah tempat. Alhasil, kami coba mencari ketua kami. Setelah bertemu, saya bertanya padanya “Kak, X itu dimana sih? Di sana bukan? Kok gw ke sana ga ada orang yaa haha”. Lalu katanya, “Oh, iya bener kok di sana. Hehe.” Saya kembali bertanya “Hmm.. jam 7 kan ya kak rapatnya? Ato gw salah? Hahaha” daaannn dia menjawab, “Yahhh elaahh... Lu kayak ga tau FISIP aje. Kalo gw bilang jam 7, artinya lu dateng jam 8 aja hahaha”

... dan masih banyak hal lain yang menurut gw sangat disayangkan. Apalagi kalau katanya mahasiswa itu harus total dalam perjuangan. Pewaris peradaban! Gimana bisa menguasai peradaban kalo dari hal kecil soal waktu aja ga bisa dipercaya. Berantas korupsi! Dimana logikanya berantas korupsi dengan cara mengkorupsi waktu?

Hal lain yang membuat saya lesu adalah berbagai mata kuliah yang memuakkan. Gw mau sosiologiii wooii bukan politikk dan sebagainya. Tapi ya sudahlah ya... Saya anggap ini sebagai proses persiapan dan saya harus sabar.

SENANG BETUL HEHE
TAPI. Setelah dipikir-pikir, saya sangat tidak menyesal ada di sini sekarang. Toh tidak ada universitas yang sempurna, hehe. Saya bertemu dengan banyak sekali orang yang menarik, menyenangkan, aneh-aneh, dan segala macam orang yang bisa memberikan pelajaran baru pada saya. Saya ini Cina dan Kristen. Dari lahir-SMA lingkungannya itu melulu. Masuk dalam lingkungan mayoritas Non-Cina dan Muslim. Rasanya... Menyenangkan sekali hahaha.

ke-72 anak sosio 2012 :)

Lembang

Usai Gelas Maba

Orangtua saya jelas tidak memperbolehkan saya masuk UI karena takut saya didiskriminasi dan tidak bisa bergaul. Orang-orang sekitar saya meledek saya dengan guyonan yang kadang tidak lucu. Antara ketakutan dan kesombongan etnis itu beda tipis hehe. Semoga yang cina-cina tahu maksud saya, ya... Hehe.. Tapi nyatanya saya baik-baik saja, teman-teman saya juga baik-baik semua :)

Ketika di bangku semen (tempat anak sosio berkumpul) itu kami saling bertukar cerita, saya baru sadar beda sekali saya dan mereka. Teman-teman saya menceritakan bagaimana orangtua mereka sampai menangis terharu karena anaknya masuk UI. Ada teman saya yang menangis karena sebenarnya ia tidak ingin masuk UI, tapi karena ia diterima di UI dan ia merasa ada beban untuk membahagiakan orangtuanya dengan cara tersebut maka ia masuk UI. Sedangkan saya? Hehehe. Baca saja di tulisan saya sebelum-sebelumnya yaaa haha. Singkat kata, masuk sosiologi UI itu agak aib bagi orang-orang sekitar saya. Duitnya itu loohh dimanaa haha. Selain itu, kasarnya, UI bukan tempat orang Cina. Kalopun iya, ada juga di FE atau kedokteran. Aneh sekali.

Buat saya, persamaan cerita saya dan mereka satu. Kami yang sebenarnya bebas ini, dipenjarakan oleh penjara tak terlihat yang bernama masyarakat. Kenapa ada orang yang berjuang setengah mati masuk UI (bahkan sampai tidak peduli jurusan apa yang penting masuk UI) dan ada orang yang tidak mau masuk UI hanya karena jumlah etnisnya minoritas? Agak tidak logis alasannya. Memangnya UI sebagus itu? Atau, memangnya kita hanya bisa bergaul dengan sesama etnis saja? Benar kata Prof. Paulus Wirutomo, pikiran kita ini diganggu oleh kekuatan-kekuatan dari luar yaitu dari masyarakat dan budaya.

Anyway, saya sangat senang bisa bergaul dalam lingkungan baru yang membuka wawasan saya. Salah satu alasan saya masuk UI juga karena ingin lepas dari lingkungan sosial yang terlalu steril, masuk dalam lingkungan yang berbeda. Di sana saya menemukan banyak stereotip, prejudice dan teman-temannya yang tidak benar. Hal ini penting loh supaya kita menjadi manusia yang tidak sempit hehe.

Hal lain yang menarik buat saya adalah saya menemukan banyak orang yang sangat menikmati hidupnya dengan berjuang total dalam passion-nya masing-masing. Selama ini saya lebih sering bertemu dengan anak muda yang sekolah karena disuruh orang tua (maka amburadul sekolahnya), atau sekolah karena mau cari eksistensi diri (maka nilainya bagus-bagus), atau juga sekolah karena untuk bisa kerja dan dapet duit (paling banyak). Jarang saya menemukan pemuda yang berani bermimpi. Boro-boro. Punya mimpi saja tidak! Hehe. Ada beberapa analisa ngaco di otak saya yang menurut saya menarik untuk diteliti, tapi nanti saja hehehe.

KESIMPULAN (??)
Hmm... Kalau saya jadi Anda, saya akan sedikit malas membaca galau-galaunya si “saya” ini panjang lebar, hahaha. Jadi saya akan sedikit menyimpulkan saja di sini. Bahwa hidup itu kaya. Hidup itu terlalu dalam dan luas untuk dipelajari. Coba perhatikan hal-hal di sekelilingmu, sekecil apapun. Pikirkan dan refleksikan. Pada akhirnya itu akan membuat Anda menjadi orang yang lebih luas, tidak melulu melihat permasalahan diri sendiri. Sebelum menggerutu akan ini itu (seperti saya, hahaha), perhatikan orang di sekeliling Anda dan hal-hal lainnya. Renungkan dan syukuri kemegahan Si Empunya hidup kita. Jadikan hidupmu itu hidup! Hehe. SO, live your life. Because “every man dies, not every man really lives” (William Wallace). Are you alive? :)