Thursday, April 5, 2012

Beneath the Cross of Jesus

Di bawah salib Yesus kutinggallah teduh
Dilindung dalam Batu Karang dengan berteduh
Tempat senang jika lelah dan rasalah beban
Waktu menanggung berat mendapat perhentian

Upon that cross of Jesus
Mine eyes at times can see
The very dying form of One
Who suffered there for me;
And from my stricken heart with tears
Two wonders I confess;
The wonders of redeeming love
And my unworthiness

Lagu yang sangat indah ini menceritakan paradoks salib yang begitu mulia. Di bawah salib tanda sengsara dan kepedihan, ada rasa lega dan senang. Ada suasana teduh dalam harmoni lagu ini, namun air mata juga dengan mudah diteteskan karena lagu ini. Tangis dan pukulan pada dada bukanlah sebuah tangis kekalahan. Tangis itu adalah rasa takjub campur haru dan heran yang tak terbendung. Memandang Sang Anak Domba yang disembelih berkata “Tetelesthai”, kemenangan atas maut dan harapan untuk manusia yang menjijikan ini.

Di bawah salib, kita mendengar Yesus berkata “Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Siapakah Dia yang tubuhnya sudah hancur, menerima segala caci maki dan siksaan masih dapat berdoa dengan penuh belas kasihan?

Di bawah salib, kita melihat Yesus berkata “Aku haus.” Oh, Dialah Tuhan yang sungguh mau menjadi manusia dan menderita.

Di bawah salib, kita melihat kegagalan terbesar dalam sejarah. Seorang pemimpin agama yang mati di kayu salib, dihina, sendiri, tanpa murid-murid yang menemani-Nya. Itulah kegagalan di mata manusia, bukan di mata Allah. Di bawah salib kita dengar, “Tetelesthai”, sebuah kalimat yang diucapkan para atlet yang telah menembus garis finish sebagai tanda kemenangannya. Tuhan Yesus Kristus telah menang atas maut. Inilah satu-satunya kematian dalam sejarah yang mengalahkan maut.

Di bawah salib, kita gemetar, menyadari Dia yang rela menggantikan kita di atas sana, menebus dosa-dosa kita yang begitu kotor. Kita begitu tidak layak menerima kasihNya yang luar biasa. Kita semua adalah Gomer si pelacur itu yang tidak lagi diingini siapapun, lalu dibeli dengan cinta yang tak seorang pun dapat menggantikannya. Siapakah kita dapat membeli sorga dengan segala kesalehan kita? Kita adalah dosa seluruhnya. Dalam rasa malu dan keterpurukan, di bawah salib, kita mendengar Tuhan berkata, “Sesungguhnya, hari ini juga, engkau akan bersama-sama dengan Aku di Firdaus.”

Di bawah salib, biarlah kita berkata:

I believe in a hill called Mount Calv’ry
I believe whatever the cost
And when time has surrendered
And earth is no more, i’ll still cling to that old rugged cross

 

No comments: