Friday, June 3, 2011

School of Life

Setiap orang menuliskan cerita hidupnya masing-masing. Setiap cerita menyiratkan pengertian hidupnya masing-masing. Sehingga tiap orang tentu memandang hidup ini dengan penilaian yang berbeda-beda. Saya tidak sedang menyampaikan cerita hidup saya disini. Namun saya ingin berbagi sedikit hal yang saya dapatkan setelah saya terbangun dari tidur nyenyak saya dan membuka jendela mengintip dunia.

Banyak hal menarik yang saya pelajari di sekolah. Tentang alam, kesenian, budaya, negara, manusia, dan sebagainya. Bahkan di sana saya juga belajar tentang hidup. Apa itu hidup, untuk apa hidup, bagaimana harus hidup. Saya belajar berbagai pandangan manusia mengenai dunia ini, mengenai Tuhan, mengenai sesamanya. Bahkan saya juga diajarkan bahwa dalam Firman Tuhan saya belajar bagaimana manusia sudah jatuh dalam dosa, hidup dalam dunia berdosa yang kejam, ditebus dengan kasih Tuhan yang sangat tidak layak untuk kita, dan merindukan kedatangan-Nya yang kedua kalinya. Banyak sekali pengetahuan yang didapat di sana.

Namun ternyata mengenal dunia dan kehidupan di dalamnya tidak dapat hanya sekadar melalui buku atau orang-orang hebat seperti guru kita. Tidak dapat hanya sekadar tahu. Apakah sungguh kita mengenal apa itu hidup? Waktu kita patah hati atau dilukai sahabat kita seringkali terucap kalimat "Life is so hard and complicated", "Life is so unfair" atau mungkin saat kita merasa kita orang terbodoh di dunia dan tidak berguna, tidak mendapat perhatian dan kasih sayang, tidak tahu hidup harus kemana, tidak punya uang untuk membeli barang-barang keren seperti teman-teman lain, kita sering mengeluh dan menangis "buat apa gw hidup kalau hidup gw kek ini sih? Mendingan mati"

Masihkah kata-kata itu terdengar sama ketika kita tahu ada orang di luar sana yang memiliki cerita hidup yang sangat sulit, rumit, dan penuh kepedihan? Masihkah kita berani mengatakan hidup kita sangat sulit dan lebih baik mati ketika kita tahu seorang anak kecil berusaha memperoleh beasiswa dan tetap sekolah sedangkan rumahnya di gubuk sawah orang, makan sekali sehari, dan kedinginan di malam hari tanpa satu pun anggota keluarganya ada? atau anak perempuan 15 tahun di luar sana yang sudah 10x kali lebih melakukan aborsi semenjak dijual ke tempat pelacuran oleh ibunya dan setiap hari dipukul disiksa oleh ibunya? atau anak 12 tahun yang depresi karena berkali-kali melihat ayahnya membunuh ibunya, neneknya, kakeknya tetapi berusaha memaafkan ayahnya?

Kita bertemu dengan seorang yang tidak percaya Tuhan ada karena melihat kejamnya dunia. Kita berusaha membuat dia percaya Tuhan ada dengan segala ilmu filsafat dan logika yang kita punya. Lalu kita memojokan dan menghina dia karena dia tidak dapat membalas argumen kita dan tetap tidak percaya. Saya percaya jika orang tersebut menangis dan berteriak menceritakan tentang hidupnya yang lebih kejam dari apa yang paling kejam yang dapat kita bayangkan, kita akan pergi dengan rasa malu dan sangat bersalah.

Kita tahu betapa baiknya Tuhan yang memberikan nyawa-Nya bagi kita yang seharusnya binasa. Tapi apakah kita mengerti betapa tidak layaknya kita menerima anugerah itu? Apakah kita mengerti bagaimana rasanya seorang yang begitu cinta Tuhan yang masih ada dalam dunia berdosa merindukan Tuhan datang untuk melepaskan dia dari tubuh berdosanya? Semua teori yang kita pelajari, yang kita anggap kita sudah kuasai, menjadi lebih jelas ketika kita sungguh mengerti dan merasakannya waktu kita melihat dunia yang sesungguhnya. Bahkan rasanya lebih pedih ketika melihat penderitaan seseorang yang mungkin masih lebih bahagia daripada novel-novel yang kita baca namun jauh lebih menderita daripada hidup kita.

Saya tidak ingin lagi hidup dalam hidup saya sendiri saja. Saya percaya Tuhan memberikan pergumulan dan kesulitan sendiri bagi saya sehingga saya tidak perlu "mencari penyakit". Namun setidaknya saya tidak segan-segan lagi membuka pintu hidup saya dan sesekali keluar melihat-lihat seperti apa dunia yang diceritakan orang-orang ataupun buku. Bersyukur saya mulai dibangunkan dan masuk dalam "School of Life" dimana saya mulai belajar hidup yang sesungguhnya. Dimana hidup tidak dapat hanya dipahami melalui pengetahuan.



Thanksfully for you
Blup :) --> read it as "the opposite" of it ;p

2 comments:

dian mailina said...

haii.. heidy... welcome to blogger..
cc baru tau kamu punya blog juga.. ^^
wah.. cc jadi pengepost comment pertama di blog kamu..

selamat berkarya dan menjadi berkat melalui tulisan ya.. ^^

di tunggu tulisan-tulisanmu yang lainnya...

Heidy Angelica said...

hahaha.. iya nih baru coba2 main blog.. :P

okaaii.. :D
thx cii