Thursday, June 30, 2011

Forgotten #6 (Lisa)

Sudah sekitar 1 bulan aku tak lagi bermimpi aneh. Namun aku tetap tidak bisa tenang setelah melihat mimpi yang sangat mengerikan itu. Baru saja aku melupakannya sejenak, kado dari tante Susan membuatku gemetar. Dia tahu rumahku, bahkan kamarku. Kapan saja dia bisa menemuiku. Aku ingin menceritakannya pada mama tapi aku tidak tahu harus bercerita seperti apa. Mama pasti menertawakan aku yang sangat konyol ini.

Di malam hari, aku yang sedang merenung sendiri di kamar mendengar ketukan pintu.
"Lisa"
"Ya, ma"
Mama masuk, tersenyum, dan duduk di dekat kasurku.
"Kenapa? Sepertinya kau sedang memikirkan sesuatu? Padahal tadi sore kamu masih bersemangat karena pameran itu," katanya sambil mengusap kepalaku dengan lembut.
"Ah, tidak"

"Hmm.. Ma, liburan nanti kita pergi kemana?"
"Hmm.. Mama papa belum merencanakannya. Kamu sendiri ingin kemana?"
"Tak tahu.. Mungkin ke daerah pegunungan?"
"Wah, bagus juga. Pasti asyik karena udaranya yang sejuk dan pemandangan yang bagus"
"Ya.. Tapi aku ingin tidak hanya 1 hari, tapi beberapa hari menikmatinya. Mungkin menginap di rumah seperti villa ide yang bagus. Apalagi jika di dekatnya ada danau atau hutan kecil. Aku bosan liburan tinggal di hotel. Pasti sangat menyenangkan berpetualang di sana"
"Tempat apa yang kau maksud, Lisa?"
"Hah? Ya, tadi itu. Rumah di pegunungan dengan danau dan hutan kecilnya. Mungkin juga sawah-sawah di sekitarnya. Aku tidak tahu ada atau tidak tempat seperti itu. Aku hanya berpikir mungkin menyenangkan sekali jika kita pergi kesana. Mama tahu tidak kira-kira ada dimana tempat seperti itu?"
"Oh, mama kira kamu sudah tahu dimana tempatnya. Haha. Hmm.. Mama tidak tahu. Sepertinya tempat seperti itu sulit dicari atau bahkan tidak ada"
"Hmm.. Sayang sekali"
"Sudah malam. Tidurlah, sayang"
"Hmm.. Ya, selamat malam, ma"
"Malam," mama tersenyum dan mencium keningku.

Aku tertidur. Aku tidak tahu harus sedih, senang, takut, atau merasakan apapun, mimpi itu datang kembali. Kali ini tidak ada Yume, aku sendirian di kamar gelap dengan lampu tidur yang menyala di pojok kamar. Nyanyian tidur dengan suara agak parau terdengar. Aku merinding. Namun aku mendekat dan mendengarkan.

Bawa hari ini dalam mimpimu
Dalam hati dan pikiranmu
Biarlah aku masuk dalam jiwamu
Menjadikan dirimu aku

"Sudah malam. Tidurlah, Fanny sayang"
"Ya. Selamat malam, Susan" 

*******

Mama keluar dari kamar Lisa dengan perlahan. Terdiam sejenak di depan pintu kamar. Papa yang baru saja naik ke atas segera menghampiri mama. 
"Bagaimana keadaannya?"
Tangan mama menutup sebagian wajahnya yang pucat. Papa menopang tubuh mama yang terlihat sangat lemah.
"Pa, papa masih punya nomor telepon Otto?"
"Otto? Untuk apa?"
"Lisa jadi aneh seperti ini setelah menemukan Yume, boneka pemberian Otto itu. Walaupun Lisa tidak mengingatnya, tapi aku khawatir. Setelah menemukannya, Lisa bahkan langsung menamainya Yume"
Papa terdiam, raut mukanya yang dijaganya agar tetap tenang masih menampakkan hatinya yang terkejut dan takut.
"Baiklah. Mama istirahat saja di kamar. Biar papa yang meneleponnya, memperingatkannya untuk tidak mendekati Lisa"
"Ya"

No comments: